Sempat berpikir sanggup atau tidak, sempat juga berpikir apakah semua ini mimpi. Tapi kenapa aku tidak berpikir ini hanyalah perpisahan biasa dan aku pasti bisa berlalu dari semuanya ? BELUM SEMPAT aku berpikir kesana. Karena setelah aku bangun, yang aku rasakan hanya bekas airmata yang sudah kering dan terasa menempel di pipi. Lalu aku melihat handphone berharap aku tidak menemukan kata perpisahan di kotak keluar, tapi kenyataan tetaplah kenyataan. Seketika batinku berkata, aku ini bodoh, tolol, aku biarkan amarahku mempengaruhi semua yang ada di otakku malam itu. Jelas disana dalam sebuah pesan singkat aku meminta untuk mengakhiri semuanya, sebodoh inikah aku ? membiarkan amarah merasuki akal pikiranku dan akhirnya suatu perpisahan yang tidak diinginkan terjadi.
Akhirnya penyesalan pun datang, ingin rasanya saat itu aku meminta dia untuk kembali karena disini aku butuh dia, aku sangat sangat menyayanginya. Tapi aku sadar, mungkin Ia juga ingin aku pergi dari kehidupannya. Buktinya dia tidak menahanku disaat aku meminta semuanya berakhir, dia juga tidak memberiku ucapan selamat pagi seperti biasanya. Aku berpikir bahwa ia benar benar ingin aku pergi. Mungkin amarahku juga terpancing karena dia mencari sebuah celah agar aku bisa habis kesabaran. Karena itu, ya itu yang aku maksud hujan di bulan Juni :""
Tidak ada komentar:
Posting Komentar